- - 0 komentar
ROHIS SMAN 3 DEPOK. Ass-shaff yang bermakna barisan adalah salah satu surat dalam al-quran yang patut menjadi bahan renungan bagi para da’i. surat ni merupakan ma’alim fii at-thoriqq (petunjuk jalan bagi aktivitas dakwah. Walaupun surat ini pendek tetapi mencangkup semua yang dibutuhkan para da’I dari aqidah, akhlak, ukhuwah, obyek dakwah, sampai pada puncak ajaran islam yaitu Jihad dijalan Allah. Sehingga para kader wajib menghafalnya, mentadaburinya secar berulang-ulang dan mengamalkannya dalam aktivitas dakwah mereka.
Nama surat biasanya menjadi tema sentral dari substansi surat tersebut, demikian juga surat as-shaff. As-shaff adalah sesuatu yang sangat penting dan sangat menentukan keberhasilan dalam dakwah, jihad dan pergerakan islam. Bahkan kesatuan shaff adalah persyaratan mutlak bagi kemenangan pergerakan dan dakwah islam. Tanpa adanya kesatuan shaff, maka akan menimbulkan dampak langsung bagi kekalahan dan kegagalan dakwah dan perjuangan. Kisah perang uhud merupakan salah satu bukti dari kekalahan perang disebabkan shaff yang berantakan, padahal sebelumnya sydah berada diambang kemenangan.
Namun demikian kesatuan shaff merupakan proses panjan dari realisasi aktivis dakwah terhadap nlai-nilai islam. Kekuatan dan kekokohan shaff apalagi digambarkan al-quran terkait sebagai kal-bunyaan al-marsuus (seperti bangunan yang kokoh) sangat terkait dengan nilai yang paling fundamental dari aktivis harakoh yaitu aqidah, ukhuwah dan fikrah islam. Tanpa ada kekuatan aqidah, ukhuwah dan pemahaman yang mendalam terhadap fikrah islam, maka mustahil kesatuan dan kekokohan shaff yang digambarkan al-quran dapat tercapai. Maka marilah kita merenungi apakah shaff dakwah kita sudah kokoh? Apakah shaff partai kita sudah bersatu dan kuat kal-bunyaan al-marsuus??
Perjalanan dakwah masih panjang dan ujian dakwah sudah menghadang ditengan kita. Terkadang para da’I berhasil menghadapi ujian kesulitan dan penderitaan, tetapi tdak berhasil megalami ujian kemudahan dan kelezatan dunia, baik harta, wanita maupun jawaban. Dan demikianlah yang pernah diungkapkan oleh generasi terdahulu kita : “ubtuliina bid-dhorraa fashabarna ubtuliina bis-sharraa falam nasbir” yang artinya: “kami iuji dengan kesulitan, maka kami bersabar, kami diuji dengan kemudahan tapi kami tidak bersabar”. Oleh karenanya, hanya aktivis dakwah yang ikhlaslah yang dapat berhasil keluar dari ujian dan fitnah dalam ukhwah tersebut.
Surat ash-shaff memberkan ma’alim fii at-thariqq bagi para da’I agar tidak menyimpang dalam dakwahnya dan agar tetap teguh dalam shaff yang rapid an kokoh walaupun ujian, fitnah dan cobaan dalam dakwah datang menghadangnya. Dan marilah kita merenungi satu persatu ayat dalam surat tersebut.
TASBIH KEPADA ALLAH ( AT-TASBIIH LILLAH) :
1. Beratasbih kepada allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada dibumi, dan dalah yang maha perkasa lagi maha bijaksana.
Seluruh mahluk Allah yang ada dilangit dan bumi mmelanturkan tasbih kepada Allah SWT. Yang maha perkasa lagi maha bijaksana. Mereka bertasbih dengan bahasanya masing-masing. Maka manusia sebagai mahluk ciptaan allah yang paling semprna lebih layak untuk bertasbih. Dan para da’I yang senantiasa mengajak manusia agar beribadah dan menyembah allah lebih layak lagi untuk bertasbih, mensucikan dan mengagungkan nama Allah SWT. Subhanallah, walhamdullillah, walaa ilaha illallahu allahu akbar. Kehidupan para da’I adalah kehidupan tasbih, dzikir, dan doa. Kehidupan aktivis dakwah adalah kehidupan shalat, tilawah Al-Quran dan menyembah Allah SWT.
Kejujuran Dalam Berkata (shidqul Kalam)
2. Hai orang-orang yang berman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kam perbuat?
3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.
Allah SWT, menegur keras orang beriman dan aktivis dakwah yang mengatakan apa yang tidak diperbuat, bahkan Allah SWT sangat membencinya. Karena kativitas yang dominan dilakukan para da’I adalah dakwah yang banyak menggunakan ucapan. Karena ucapan yang tidak sesuai dengan perbuatan dan kenyatan adalah dusta yang merupakan sifat munafik. Sehingga kejujuran adalah modal utama berikutnya bagi para da’i.
Dan kejujuran harus dilakukan para da’I dalam dakwahnya. Jujur dalam menyampaikan risalah islam, jujur dalam bersikap dan juur dalam berkata-kata. Salah satu ajaran islam yang terpenting adalah jihad dan berperang melawan musuh Allah. Tetapi kita menyaksikan banyak para penceramah yang sudah dikenal oleh orang banyak dengan sebutan Ustadz atau kyai dan sebutan lainnya tidak jujur dalam menyampaikan islam.
Sumber : Buletin BISMILLAH (Buletin Islam Smanti Muslim dan Muslimah)
ROHIS SMAN 3 DEPOK
Divisi KOMINFO