Home
Rohis 24

Selamat datang di ROHIS 2015 SMA Negeri 3 Depok

About ROHIS 2015
Rohis 24

Segala sesuatu tentang ROHIS 2015 SMA Negeri 3 Depok

Event ROHIS 2015
Event Rohis

Acara-acara ROHIS yang akan dan telah terlaksana

Artikel Update
Artikel Update
Gallery
Rohis 24

Gallery ROHIS SMA Negeri 3 Depok

Posted by ROHIS SMAN 3 Depok - - 0 komentar

Rohissman3depok.blogspot.com - “Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.” (QS. Al-Hajj: 77)

Ayat ini merupakan ayat kedua terakhir dari surah yang unik dan istimewa, surah al-Hajj. Dikatakan surah yang unik karena sebagian ulama tafsir menggolongkan surah ini ke dalam kategori surah Makkiyah, namun sebagian yang lain justru sebaliknya menggolongkannya ke dalam kategori surah Madaniyah. Surah ini juga unik karena di dalamnya ada dua ayat sajdah, yaitu ayat 18 dan ayat ini seperti yang di pahami dari sebuah riwayat dari Uqbah bin Amir:

”Keutamaan surah al-Hajj karena terdapat dua ayat sajdah padanya. Barangsiapa yang tidak bersujud pada keduanya, janganlah ia membaca surah ini.” (HR. at-Tarmidzi dan Abu Dawud)

Ayat ini menggambarkan secara ringkas manhaj Allah SWT untuk manusia dan beban taklif bagi mereka agar mendapatkan keselamatan dan kemenangan. Ia di awali dengan perintah untuk rukuk dan sujud yang merupakan gambaran gerakan shalat yang tampak dan jelas, dilanjutkan dengan perintah untuk beribadah secara umum yang meliputi segala gerakan, amal dan pikiran yang di tujukan hanya kepada Allah SWT sehingga segala aktivitas manusia bisa beralih menjadi ibadah bila hati ditujukan hanya kepada Allah SWT bahkan Kenikmatan-kenikmatan dari kelezatan hidup dunia yang dirasakannya dapat bernilai ibadah yang di tulis sebagai pahala amal baik .

Ayat ini di tutup dengan perintah berbuat baik secara umum dalam hubungan horizontal dengan manusia setelah perintah untuk membangun hubungan vertikal dengan Allah SWT, dalam shalat dan ibadah lainnya. Oleh sebab itu, perintah ibadah dimaksudkan agar umat Islam selalu terhubung dengan Allah SWT sehingga kehidupan berdiri di atas fondasi yang kukuh dan jalur yang dapat membawa kepada-Nya. Sedangkan perintah untuk melakukan kebaikan, dapat membangkitkan kehidupan yang istiqamah dan kehidupan masyarakat yang penuh dengan suasana kasih sayang.

Perintah ini dipertegas kembali di akhir surah al-Hajj, bahwa umat Islam akan mampu mempertahankan eksistensinya sebagai umat pilihan dan sebagai saksi atas umat yang lain manakala mampu membina hubungan baik dengan Allah SWT dan membina hubungan baik sesama manusia:

”Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (AL-Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah pelindungmu, Dialah sebaik-baik pelindung dan Sebaik-baik penolong.” (QS. al-Hajj:78)

Pada ayat di atas, Allah SWT memberi perintah kepada orang beriman agar mampu membangun kesalehan personal dan sosial secara bersamaan agar senantiasa dalam kemenangan, rukuk dan sujud merupakan cermin tertinggi dari pengabdian seseorang kepada Allah SWT, sedang ”berbuatlah kebaikan” merupakan indikasi kesalehan sosial.

Secara redaksional dalam urutan perintah ayat di atas, ternyata Allah SWT mendahulukan kesalehan personal dari kesalehan sosial. Ini berarti bahwa untuk membangun kesalehan sosial, harus dimulai dengan kesalehan personal. Atau kesalehan personal akan memberikan kekuatan untuk saleh juga secara sosial. Bahkan seluruh perintah beribadah kepada Allah SWT dimaksudkan agar lahir darinya kesalehan sosial, seperti shalat misalnya, bagaimana ia bisa mencegah dari perbuatan keji dan munkar:

“Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar.” (QS. Al Ankabut : 45)

Kisah yang diabadikan oleh Rasulullah SAW dalam sebuah haditsnya bagaimana seorang wanita yang saleh secara personal yang diwujudkan dengan ibadah shalat, puasa dan ibadah mahdhah lainnya namun ternyata Rasulullah SAW menyatakan bahwa ia dalam neraka. Karena ternyata kesalehan itu tidak membawanya menuju kesalehan sosial, bahkan ia cenderung tidak mampu menjaga lisannya dari tidak melukai hati orang lain.

Dalam tataran tafsir Al-Qur’an dengan Al-Qur’an, terdapat beberapa hubungan dan korelasi (munasabah) yang sangat erat antara kesalehan personal dan sosial dengan nilai-nilai mulia dari ajaran Islam. Untuk menggapai predikat ihsan misalnya, seseorang dituntut untuk mampu sholeh secara individu dan sosial yang diwakili dengan shalat malam dan berinfak,

“Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar. Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (QS. Adz-Dzariyat : 16-19)

Ibnu Asyur mengomentari ayat ini dengan menjelaskan bahwa dua bentuk amal inilah yang sangat berat untuk dilakukan karena: pertama, bangun malam merupakan sesuatu yang sangat berat karena mengganggu istirahat seseorang. Padahal amal itu merupakan amal yang paling utama untuk membangun kesalehan personal seseorang. Kedua, amal yang melibatkan harta terkadang sangat sukar untuk dipenuhi karena manusia pada dasarnya memiliki sifat kikir dengan sangat mencintai hartanya. Di sinilah Allah SWT menguji kesalehan sosial seseorang dengan memintanya untuk mengeluarkan sebagian harta untuk mereka yang membutuhkan.

Nilai lain yang terkait dengan dua kesalehan ini, adalah sebab utama yang paling banyak menjerumuskan seseorang ke dalam neraka karena tidak mampu membentengi diri dengan dua kesalehan tersebut, seperti pernyataan jujur penghuni neraka yang diabadikan Allah SWT dalam firman-Nya,

“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)? Mereka menjawab, ’Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat dan kami tidak pula memberi makan orang miskin dan adalah kami membicarakan yang batil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya.” (QS. Al-Mudatsir : 42-45)

Resep agar tidak bersifat keluh kesah lagi kikir juga sangat terkait dengan kemampuan seseorang membangun dalam dirinya dua kesalehan tersebut secara simultan. Allah SWT memberi jaminan,

“Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang miskin yang meminta dan orang yang tidak memiliki apa-apa (yang tidak mau meminta).” (QS. Al-Ma’arij : 22-25)

Berapa banyak dari umat ini yang hanya mementingkan saleh secara sosial tapi lupa akan hubungan baik dengan Allah SWT. Sebaliknya, banyak juga yang saleh secara personal namun ketika berhadapan dengan sosial, ia larut dan tidak mampu membangun kesalehan di tengah-tengah mereka. Sungguh umat ini sangat membutuhkan kehadiran komunitas yang saleh secara personal, dalam arti mampu menjaga hubungan baik dengan Allah SWT. Saleh secara sosial dalam arti mampu memelihara hubungan baik dan memberi kebaikan dan manfaat yang besar bagi kemanusiaan. (Allahu a’lam)

Sumber : Dakwatuna.com
[ Read More ]

Posted by ROHIS SMAN 3 Depok - - 0 komentar

Untuk mewujudkan generasi yang pintar ini persiapannya dimulai sejak bayi masih dalam kandungan. Setelah mengetahui sang ibu sedang mengandung, sang ibu akan sering menyanyi dan bermain piano. Si ibu dan bapak akan membeli buku matematika dan menyelesaikan soal bersama suami, bahkan mereka sering membawa buku matematika dan bertanya kepada para guru tentang beberapa soal yang tak dapat diselesaikan. Sungguh heran mengherankan mungkin bagi kita orang Indonesia. 

Mereka melakukan ini untuk anak saya yang masih di kandungan, dan mereka berpendapat bahwa yang dilakukan adalah melatih otaknya, dan berharap semoga anaknya kelak menjadi jenius. Kembali ke matematika tadi, tanpa merasa jenuh si calon ibu mengerjakan latihan matematika sampai genap melahirkan. 

Selain itu sejak awal mengandung sang ibu suka sekali memakan kacang badam dan korma bersama susu. Tengah hari makanan utamanya roti dan ikan tanpa kepala bersama salad yang dicampur dengan badam dan berbagai jenis kacang-kacangan. Menurut mereka daging ikan sungguh baik untuk perkembangan otak dan kepala ikan mengandungi kimia yang tidak baik yang dapat merusak perkembangan dan penumbuhan otak anak di dalam kandungan. Ini adalah adat orang orang Yahudi ketika mengandung. menjadi semacam kewajiban untuk ibu yang sedang mengandung mengonsumsi pil minyak ikan.

Menu makan sangat diperhatikan betul dan biasanya kalau sudah ada ikan, tidak ada daging. Ikan dan daging tidak ada bersama di satu meja. Menurut orang Yahudi, campuran daging dan ikan tak bagus dimakan bersama. Salad dan kacang, harus, terutama kacang badam. Uniknya lagi mereka akan makan buah buahan dahulu sebelum hidangan utama. Jangan terperanjat jika Anda diundang ke rumah oarang Yahudi anda akan dihidangkan buah buahan dahulu. Menurut mereka, dengan memakan hidangan kabohidrat (nasi atau roti) dahulu kemudian buah buahan, ini akan menyebabkan kita merasa ngantuk. Akibatnya lemah dan payah untuk memahami pelajaran di sekolah.

Di Israel, merokok adalah tabu, apabila Anda diundang makan dirumah orang Yahudi, jangan sekali kali merokok. Tanpa sungkan mereka akan menyuruh Anda keluar dari rumah mereka. Menyuruh Anda merokok di luar rumah mereka. Menurut ilmuwan di Universitas Israel, penelitian menunjukkan nikotin dapat merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak ( bodoh). Suatu penemuan yang dari saintis gen dan DNA Israel. 

Perkembangan masa anak-anak bagi orang Yahudi sangat diperhatikan. Mereka sangat memperhatikan makanan, makanan awal adalah buah buahan bersama kacang badam, diikuti dengan menelan pil minyak ikan (code oil lever). Anak-anak Yahudi sungguh cerdas. Rata rata mereka memahami tiga bahasa, Hebrew, Arab dan Inggris. Sejak kecil mereka telah dilatih bermain piano dan biola. Ini adalah suatu kewajiban. Menurut mereka bermain musik dan memahami not dapat meningkatkan IQ. Sudah tentu bakal menjadikan anak pintar.

Ini menurut saintis Yahudi, hentakan musik dapat merangsang otak. Tak heran banyak pakar musik dari kaum Yahudi. Seterusnya di kelas 1 hingga 6, anak anak Yahudi akan diajar matematika berbasis perniagaan. Pelajaran IPA sangat diutamakan. Perbandingan dengan anak-anak di California, dalam tingkat IQ-nya bisa saya katakan 6 tahun kebelakang. Bagaimana dengan anak-anak di Indonesia?. Segala pelajaran akan dengan mudah di tangkap oleh anak Yahudi. Selain dari pelajaran tadi olahraga juga menjadi kewajiban bagi mereka. Olahraga yang diutamakan adalah memanah, menembak dan berlari. Menurut orang Yahudi, memanah dan menembak dapat melatih otak fokus. Disamping itu menembak bagian dari persiapan untuk membela negara.

Pada masa sekolah tinggi (menengah), murid-murid digojlok dengan pelajaran sains. Mereka didorong untuk menciptakan produk. Meski proyek mereka kadangkala kelihatannya lucu dan memboroskan, tetap diteliti dengan serius. Apa lagi kalau yang diteliti itu berupa senjata, medis dan teknik. Ide itu akan dibawa ke jenjang lebih tinggi.

Satu lagi yg di beri keutamaan ialah fakultas ekonomi. Mungkin anda akan terperanjat melihat mereka begitu agresif dan seriusnya mereka belajar ekonomi. Diakhir tahun diuniversitas, mahasiswa diharuskan mengerjakan proyek. Mereka harus memperaktekkanya. Anda hanya akan lulus jika team Anda (10 pelajar setiap kumpulan) dapat keuntungan sebanyak $US 1 juta! Anda terperanjat? Itulah kenyataannya. 

Kesimpulannya, melahirkan anak dan keturunan yang cerdas adalah keharusan. Tentunya bukan perkara yang bisa diselesaikan semalaman. Perlu proses, melewati beberapa generasi mungkin? 

Kabar lain tentang bagaimana pendidikan anak adalah dari saudara kita di Palestina. Mengapa Israel mengincar anak-anak Palestina. Terjawab sudah mengapa agresi militer Israel yang biadab dari 27 Desember 2008 kemarin memfokuskan diri pada pembantaian anak-anak Palestina di Jalur Gaza. Seperti yang kita ketahui, setelah lewat tiga minggu, jumlah korban tewas akibat holocaust itu sudah mencapai lebih dari 1300 orang lebih. Hampir setengah darinya adalah anak-anak. Selain karena memang tabiat Yahudi yang tidak punya nurani, target anak-anak bukanlah kebetulan belaka. Sebulan lalu, seuai Ramadhan 1429 Hijriah, Ismail Haniya, pemimpin Hamas, melantik sekitar 3500 anak-anak Palestina yang sudah hafidz al-Quran. 

Anak-anak yang sudah hafal 30 juz Alquran ini menjadi sumber ketakutan Zionis Yahudi. "Jika dalam usia semuda itu mereka sudah menguasai Alquran, bayangkan 20 tahun lagi mereka akan jadi seperti apa?" demikian pemikiran yang berkembang di pikiran orang-orang Yahudi.

Tidak heran jika-anak Palestina menjadi para penghafal Alquran. Kondisi Gaza yang diblokade dari segala arah oleh Israel menjadikan mereka terus intens berinteraksi dengan al-Qur'an. Tak ada main Play Station atau game bagi mereka. Namun kondisi itu memacu mereka untuk menjadi para penghafal yang masih begitu belia. Kini, karena ketakutan sang penjajah, sekitar 500 bocah penghafal Quran itu telah syahid.

Perang panjang dengan Yahudi akan berlanjut entah sampai berapa generasi lagi. Ini cuma masalah giliran. Sekarang Palestina dan besok bisa jadi Indonesia. Bagaimana perbandingan perhatian pemerintah Indonesia dalam membina generasi penerus dibanding dengan negara tetangganya. Ambil contoh tetangga kita yang terdekat adalah Singapura. Contoh yang penulis ambil sederhana saja, Rokok. Singapura selain menerapkan aturan yang ketat tentang rokok, juga harganya sangat mahal. 

Benarkah merokok dapat melahirkan generasi bodoh! Jika Anda ke Jakarta, di mana saja Anda berada, dari restoran, teater, kebun bunga hingga ke musium, hidung Anda akan segera mencium bau asak rokok! Berapa harga rokok? Cuma Rp.10.000 yang mahal. Hasilnya? Dengan penduduknya berjumlah jutaan orang berapa banyak universitas? Hasil apakah yang dapat dibanggakan? Teknologi? Jauh sekali. Adakah mereka dapat berbahasa selain dari bahasa mereka sendiri? Mengapa mereka begitu sukar sekali menguasai bahasa Inggris? Ditangga berapakah kedudukan mereka di pertandingan matematika sedunia? Apakah ini bukan akibat merokok? Anda fikirlah sendiri?"
[ Read More ]

Posted by ROHIS SMAN 3 Depok - - 0 komentar

SEMESTA (Semarak Euforia Muharram dan Maulid Eksistensikan Islam Ciptakan Perubahan)
adalah sebuah acara yang dikemas sedemikian rupa untuk memperingati Tahun Baru Islam 1431 H dan juga sekaligus memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Acara SEMESTA ini bertemakan "Indahnya Kehidupan dalam Islam." Acara ini mempunyai 3 tingkatan lomba, yakni tingkat SD, SMP, dan SMA.

Tanggal pelaksanaan :

lomba Intern : 8 - 11 Februari 2010
lomba Ekstern : 19 - 20 Februari 2010

Lomba Intern :

Cerdas Cermat
Kaligrafi
Essay
Desain Pin
Menghias Parcel

Lomba Ekstern :

SD : Dongeng Islam dan Menggambar
SMP : MTQ dan Cerpen Islam
SMA : Nasyid, Cerpen Islam dan Essay

Biaya Pendaftaran :

SD :
Dongeng Islam Rp 25.000,00
Menggambar Rp 25.000,00

SMP :
MTQ Rp 25.000,00
Cerpen Islam Rp 25.000,00

SMA :
Nasyid Rp 50.000,00
Cerpen Islam Rp 25.000,00
Essay Rp 25.000,00

pendaftaran dimulai dari tanggal 1 Februari 2010 hingga tanggal 5 Februari 2010.

Hadirilah pula puncak acara SEMESTA pada tanggal 1 April 2010 dengan menghadirkan talk show guest star, Dzikir Akbar dan Ruqiyah.


CP:
085921120921 (Firman)
08989823321 (Pras)
[ Read More ]

Posted by ROHIS SMAN 3 Depok - - 0 komentar

Assalamualaikum Wr.Wb

Untuk Rohis angkatan 23, insyaallah pada tanggal 22 sampai dengan 23 akan dilaksanakan  
RIHLAH ROHIS SMAN 3 DEPOK 
yang insyaallah juga akan dilaksanakan di rumah akhina YUDHA di daerah Tangerang Selatan, Banten. Bagi yang mau ikut dimohon segera konformasi ke PRAS (11 IPA 3) karena peserta dibatasi hanya sebanyak 20 orang. DAFTARKAN DIRI ANDA SEGERA !!!!

Terimakasih
Wassalamualaikum Wr.Wb..
[ Read More ]

Posted by ROHIS SMAN 3 Depok - - 0 komentar

Kuda Kemenanganrohissman3depok.blogspot.com - “Dan janganlah kamu merasa hina dan janganlah kamu bersedih padahal kalianlah yang paling tinggi jika kalian beriman”. (Ali Imran : 139)
“Dan janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tidak orang berputus asa itu melainkan kaum yang kafir”. (Yusuf : 87)
Rasulullah saw. bersabda:
قال الرسول ص م : ” إنّ الله يحب الفألً و يكرهُ التساؤُم”

“Sesungguhnya Allah mencintai sikap optimis dan membenci sikap putus asa”


Dalam kelelahan, ketegangan dan kekalutan, kaum muslimin masih memiliki secercah harapan meraih kemenangan. Itulah yang terjadi pada saat kaum muslimin dikepung oleh pasukan Ahzab. Bahkan dalam situasi yang menegangkan dan jauh dari perhitungan untuk menang itu, mereka masih berkata:
“Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya. Maha Benar Allah dan Rasul-Nya. Tidaklah bertambah dalam diri mereka kecuali keimanan dan kepasrahan pada Allah swt.”
Dalam kesiapan penuh, menghadapi kepungan musuh dan kondisi medan yang begitu berat, Rasulullah saw. memompa semangat dengan menjanjikan bahwa mereka akan dapat menundukkan Romawi, Persia, Iskandariyah dan negeri-negeri lainnya.
Akhirnya kaum muslimin mendapatkan kemenangan pada perang Ahzab tersebut tanpa pecahnya peperangan lazimnya, dan Allah swt. membuktikan janji-Nya menaklukkan negeri-negeri besar pada masa pemerintahan Umar bin Khathab RA. Lihatlah pula nasihat yang teduh bagai air di padang pasir, taujih dan janji Rasulullah saw. yang amat menyejukkan hati keluarga Ammar bin Yasir:
“Sabarlah wahai keluarga Yasir tempat yang dijanjikan Allah bagimu adalah syurga.”
Seuntai kalimat dari seorang murabbi, pemimpin mampu meredam sakitnya penderitaan, menahan gejolak kesakitan dan membangkitkan semangat berbuat, meski tidak dapat merayakan kemenangan.

Perjalanan hidup umat teladan, hendaknya menginspirasi aktifitas yang kita lakukan saat ini. Betapa banyak pengalaman mereka dapat kita jadikan cermin hidup agar rambu-rambu perjalanan menjadi jelas dan terang. Seperti jelasnya perjalanan generasi terbaik dalam sejarah umat ini sehingga mereka mendapatkan harapannya di dunia dan akhirat tanpa takut kerugian sedikit pun.

Kemenangan umat terdahulu banyak kita temukan bermula dari optimisme yang tinggi untuk meraih kemenangan. Optimisme yang stabil menghantarkan mereka cepat atau lambat menuju kegemilangan. Karena optimisme bagian dari kemenangan itu sendiri. Baik kemenangan di dunia ataupun di akhirat. Optimisme orang-orang beriman sangat melekat pada jiwanya karena mereka yakin akan firman Allah:
Bahwa mereka bersama Allah swt. Dengan kebersamaannya itulah mereka meyakini perbuatannya, proses dan prosedurnya serta keberhasilannya mencapai kesuksesannya.
Dengan optimisme itu segala yang berat menjadi ringan, yang susah menjadi mudah dan yang rumit menjadi sederhana.
Ketika optimisme sudah merasuk ke jiwa maka dorongan besarlah yang muncul, dorongan untuk melakukan sebuah cita-cita agar meraih kejayaan. Ketika seorang sahabat bertanya pada Rasulullah saw.:
“Bagaimana nasib saya bila maju ke medan peperangan yang sedang berkecamuk itu’, beliau menjawab: ‘kamu akan mendapatkan syurga’ maka sahabat itu segera maju ke depan bahkan membuang kurma yang sedang dikunyahnya seraya bergumam: ‘ini akan memperlambat saya mendapatkan syurga.” Subhanallah begitulah sebagian dari kisah generasi teladan.
Saat optimisme membumbung tinggi dalam sanubari seorang mukmin,  ia akan bergerak, bersikap, berjalan dan berkorban meskipun ia belum tentu dapat merasakan nikmatnya kemenangan. Karena sesungguhnya, dengan jiwa optimis itu mereka sudah mendapatkan kemenangan yang sesungguhnya. Paling tidak ia terdorong untuk memberikan sumbangsih mulianya demi keyakinan yang ia imani. Ia berharap agar Allah swt mencintai sikapnya dan ridho dengan perjuangannya:
إنّ الله يُحِبُّ الفَألَ و يَكْرَهُ التََّسَاؤُم
Saat ini, hal-hal yang menghadang perjalanan kita menuju kejayaan amatlah banyak. Rintangan, gangguan cobaan datang silih berganti. Baik yang datang dari eksternal maupun internal umat, bahkan yang muncul dari diri sendiri. Sepertinya mereka tidak pernah lelah dan berhenti. Mereka tidak menghendaki kemenangan ada di tangan kita. Apabila kita pun lelah dan jenuh menghadapinya, maka selamanya kita tidak akan pernah mencicipi rasa kemenangan itu.
Tatkala kita lelah,  muncul bisikan-bisikan nista sambil mengatakan untuk apa berkorban. Apakah pengorbanan yang kamu lakukan akan kamu dapati hasilnya? Apakah pengorbanan itu akan kita rasakan. Jangan-jangan kita yang berkorban malah orang lain yang menikmatinya?
Dan sedihnya lagi apa yang sudah kita lakukan akan dipungkiri dan digugat. Mereka juga akan menutup mata pada apa yang kita perbuat.
Bisikan-bisikan ini sering kali mampir di telinga kita. Seakan-akan mereka ingin menyetop lajunya langkah kaki-kaki kita.
Imam Hasan Al Banna berpesan kepada kita:
الإمام الشهيد: ” لاَ تَيْأسُوا فَلَيْسَ اليَأْسَ مِنْ أَخْلاَقِ المُسْلِمِيْن… فَإِنَّ حَقَائِقَ اليَوْمِ أَحْلاَمُ الأَمْسِ… وَ أَحْلاَمُ اليَوْمِ حَقَائِقُ الغَدِ.

“Janganlah kalian berputus asa karena putus asa bukanlah akhlak muslim. Sesungguhnya realita hari ini impian kemarin dan impian hari ini adalah realitas hari esok.”

Gangguan yang menggelayuti kita mesti kita hadapi, karena kita mempunyai iman, kita mempunyai keyakinan dan kita bersama keberkahan Allah swt. Dan itu berangkat dari jiwa optimis yang ada dalam diri kita.
Marilah kita hayati dan yakini sabda Rasulullah saw. Di saat menghantarkan para sahabat dalam perang ahzab:
فَسِيْرُوا بِبَرَكَةِاللهِ وَانَتُمْ فَائِزُون
“Berangkatlah kalian dengan keberkahan Allah, maka kalian akan menang.”
Imam Al Banna pun berpesan:

وَعَلىَ هَذِهِ الدَعَائِمِ القَوِيَّةِ أَسِسُوا نَهْضَتَََكُم وَ أَصْلِحُوا نُفُوسَكُم وَ رَكِّزُوا دَعْوَتََكم و قوُدَوا الأمَّةَ إِلىَ الخَيْرِ، وَاللهُ مَعَكُم وَلَنْ يَتِرَكُم أَعْمَالَكم..
“Di atas tonggak yang kokoh, bangunlah kebangkitan kalian, perbaiki jiwa kalian,  fokuskan dawah kalian dan pimpinlah umat menuju kebaikan, niscaya Allah bersama kalian dan tidak akan menyia-nyiakan amal kalian.”
[ Read More ]

Posted by ROHIS SMAN 3 Depok - - 0 komentar

rohissman3depok.blogspot.com - Doa dan harap kita kepada Allah swt, semoga kita selalu diberikan curahan rahmat dan inayah-Nya serta kesabaran dalam menapaki jalan dakwah yang begitu panjang dan penuh dengan berbagai rintangan dan hambatan, hanya ridha-Nya yang senantiasa kita harapkan selama kita juga ridha dengan kewajiban dakwah ini, tulus ikhlas dalam menjalankannya, senang terhadap tugas-tugas yang kita emban.
Allah memberikan kepercayaan kepada kita untuk meneruskan risalah para nabi, khususnya misi dan ajaran Nabi Muhammad saw. Suatu penghargaan besar dari Allah swt yang telah mentakdirkan kita menjadi hamba-hamba-Nya yang dapat berhimpun dalam gerakan dakwah; sebab jika kita hormati penghargaan Ilahi ini, kita respon positif amanat tersebut, insya Allah, hasil dan dampaknya tak akan sia-sia, kemuliaan dunia akhirat akan diberikan sesuai dengan janji Allah swt :
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ (30) نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ (31) نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ (32) وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ (33)
Sesungguhnya yang berikrar Robb kami adalah Allah, kemudian beristiqamah, niscaya para Malaikat turun (membawa berita), jangan kalian merasa takut dan sedih, bergembiralah dengan syurga yang dijanjikan. Kami adalah pelindung kalian dalam kehidupan dunia dan di akhirat kelak, di sana bagi kalian apa yang diinginkan dan yang diminta. Yang diturunkan dari Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Siapakah yang lebih baik perkataannya dari orang yang berdakwah ke jalan Allah dan beramal shalih serta berkata sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim (Q.S. Fushilat:30-33)
Penghargaan Allah terhadap kita tersebut bukan untuk dibanggakan, lalu merasa tinggi hati, apalagi ujub –na’udzubillah min dzalik- terhadap diri dan menyombongkan diri dengan meremehkan orang lain. semua itu perbuatan terlarang, bahkan tidak pantas rasanya seorang yang diberikan kemuliaan sebagai dai melakukan sikap dan perbuatan itu.
Lebih dari pada itu, sikap dan perilaku sombong, serta merasa tinggi hati mengakibatkan kerusakan struktur hubungan antara sesama. Bayangkan! Jika manusia saling merendahkan dan meremehkan yang satu dengan yang lainnya. Tidak saling hormat, tidak ada kewibawaan, tidak ada trust (saling tsiqah), tidak ada etika, tidak menghormati tata susila, apa jadinya kehidupan ini jika itu yang terjadi?
Apa gerangan yang membuat seseorang menjadi sombong, merasa tinggi, merasa lebih hebat dari orang lain??? Ilmu yang dimilikinya? Tidak ada yang harus dibanggakan dari ilmu yang kita miliki. Ilmu itu pada hakikatnya milik Allah, Dia mengajarkan kepada kita sedikit dari ilmu-Nya, maka justru ilmu itulah yang seharusnya memberikan rasa takut kepada Allah :
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء
“Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah dari hamba-hamba-Nya adalah para ulama”. (Fathir : 28)
Atau seseorang bangga dan merasa tinggi hati karena amal-amal dan aktivitas ibadahnya yang begitu banyaknya??? Bukankah seharusnya semakin tinggi keimanan seseorang dan ketaqwaannya, semakin ia merendahkan hatinya, baik ke hadirat Allah swt, maupun kepada manusia (Adzillatin ‘alal Mu’minin a’izzatin ‘alal kafirin), rendah hati di hadapan orang beriman dan tegas di hadapan orang kafir. Nabi Muhammad saw saja sebagai khoiru khalqillah (sebaik-baik makhluk Allah) dan orang yang paling taqwa dari umatnya, masih dipesankan Allah swt dalam firman-Nya:
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِي
“Rendahkanlah hatimu kepada pengikutmu orang-orang mukminin (QS asy-Syu’ara: 215).
Bahkan merasa lebih banyak amalnya, lebih tinggi kedudukannya di dalam aktivitas dakwah karena merasa lebih dulu aktif dan lebih senior, akan membuat dirinya lebih hina dan lebih buruk dalam pandangan Allah swt. Simaklah pesan-pesan teladan kita Nabi Muhammad saw:
إِذَا قَالَ الرَّجُلُ هَلَكَ النَّاسُ فَهُوَ أَهْلَكُهُم
“Jika kamu mendengar seseorang berkata “ semua orang rusak” , maka dialah orang yang paling rusak” (HR Muslim)
حَسْبُ امْرِئٍ مِنْ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِم
“Cukuplah keburukan seseorang, karena ia menghina saudaranya sesama muslim.” (HR Muslim).
Atau ada seseorang yang sombong hanya lantaran keturunan dan keluarga besarnya? La haula wala quwwata illa Billah.
Renungkan kisah Nabi Muhammad tentang 2 orang yang bertikai lantaran saling berbangga dengan kehormatan keluarga besar dan keturunannya. Yang satu berkata kepada kawannya, ” Tahukah kamu siapa aku, aku ini adalah anak keturunan si Fulan, sedangkan kamu seorang anak yang tak punya ibu!” Lalu Nabi mengingatkan seraya bersabda; ” Ada 2 orang yang saling berbangga dengan keturunannya di hadapan Nabi Musa a.s. Salah seorang mereka berkata; “Aku adalah anak keturunan si Fulan bin Fulan ”, ia sebutkan sampai 9 keturunan. Kemudian Allah mewahyukan kepada Nabi Musa, “ Katakanlah wahai Musa kepada orang yang berbangga tersebut, 9 keturunanmu itu adalah ahli neraka dan engkau yang kesepuluhnya.” (Riwayat Abdullah bin Ahmad dalam Zawaid al-Musnad dengan sanad yang sahih, dan Imam meriwayatkannya mauquf pada Muadz dengan kisah Musa saja).
Nabi Muhammad saw juga mengingatkan dalam sebuah hadits,
“Seorang yang berbangga dengan keturunannya, sungguh ia menjadi arang api neraka, atau lebih rendah dari hewan yang bermain-main di kotoran sampah” (HR Abu Daud dan Tirmidzi, beliau meng-hasan-kan hadits ini).
Salah satu fikrah dakwah kita adalah “Salafiyah” yang menuntut kita untuk meneladani pendahulu kita yang shalih dalam sifat rendah hati mereka. Tidak ada yang merasa lebih hebat betapapun tinggi ilmu yang mereka miliki. Mereka tidak merasa lebih senior betapapun mereka lebih dahulu berbuat dan aktivitas jihad mereka lebih banyak.
Kepemimpinan Nabi Muhammad saw. memberikan keteladanan kepada umatnya dalam sikap tawadhu’, sebagaimana berita yang diriwayatkan Anas bin Malik, ia berkata,
عَنْ أَنَسٍ قَالَ لَمْ يَكُنْ شَخْصٌ أَحَبَّ إِلَيْهِمْ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَكَانُوا إِذَا رَأَوْهُ لَمْ يَقُومُوا لِمَا يَعْلَمُونَ مِنْ كَرَاهِيَتِهِ
Meskipun (kita tahu) bahwa para sahabat adalah orang yang paling cinta kepada Rasulullah, namun mereka tidak pernah berdiri menyambut kedatangan Rasulullah saw, karena mereka tahu bahwa hal itu tidak disenangi Nabi saw” (HR Tirmidzi, hadits hasan).
Aduhai… siapa yang tidak mengenal Abdur-Rahman bin Auf yang sangat disegani di kalangan kaumnya. Namun kepiawaian dan kesenioran beliau tidak membuat dirinya tinggi hati sampai kepada pelayannya sekalipun, hal itu dikisahkan oleh sahabat Abu Darda’, “…..Abdur-Rahman bin Auf sulit dibedakan dengan pelayannya, karena tidak nampak perbedaan mereka dalam bentuk lahiriyahnya” .
Duduk sama rendah berdiri sama tinggi, kira-kira peribahasa itulah yang digunakan.
Demikian pula kehebatan Imam Hasan Basri dalam ilmu agama tidak memperdayakan dirinya menjadi seorang yang ‘sok’ atau merasa lebih hebat di hadapan teman-temannya. Suatu saat Hasan Basri berjalan dengan beberapa orang, orang-orang itu berjalan pada posisi di belakang Hasan Basri, maka Hasan Bashri pun mencegah mereka (melakukan itu), seraya berkata, “Tidak benar hal ini dilakukan setiap hamba Allah?” .
Sosok tabi’in seperti Abu Sofyan ats-Tsauri ternyata juga benar-benar teruji sifat tawadhunya. Saat beliau berkunjung ke Ramallah (di Palestina), Ibrahim bin Ad-ham mengutus seseorang kepada Sofyan untuk meminta agar ia datang bersinggah ke rumahnya, seraya berkata, “ Wahai Sofyan kemarilah untuk berbincang-bincang” . Sofyan pun mendatangi Adham. Ketika Adham ditegur seseorang “Mengapa kamu berbuat demikian”. Adham menjawab “Saya ingin menguji ke-tawadhu’- annya”.
Demikian pula jabatan dan kedudukan tidak layak dijadikan alasan untuk berbangga diri apalagi membusungkan dada “akulah orang besar”.
Dalam sebuah riwayat dikisahkan, bahwa Umar bin Abdul Aziz ra kedatangan seorang tamu saat ia sedang menulis, saat lampu padam karena terjatuh, sang tamu pun berkata: Biarkan aku ambil lampu itu untuk aku perbaiki! Umar Sang Khalifah berkata: Tidak mulia seseorang yang menjadikan tamunya sebagai pelayan. Tamu itu berkata lagi, “Atau saya minta bantuan anak-anak”. Umar Amirul Mukminin berkata: Mereka baru saja tidur (jangan ganggu mereka)”. Kemudian Sang Khalifah pun beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil lampu itu dan memperbaikinya sendiri. Tamu itu terheran-heran seraya berseru, “Wahai Amiril Mukminin, engkau melakukannya itu sendiri? Amiril Mukminin berkata, “Saat saya pergi saya adalah Umar, saat saya kembali pun saya adalah Umar, tidak kurang sedikit pun dari saya sebagai Umar. Sebaik-baik manusia adalah yang tawadhu di sisi Allah swt”. Subhanallah……
Orang-orang yang berhimpun dalam mahabbah dan keridhaan Allah sejatinya mengenyahkan sifat sombong, ‘sok’, senioritas apalagi figuritas. Hiasilah diri Antum dengan tawadhu’, rendah hati, selalu merasa memerlukan tambahan ilmu, pengalaman dan merasa saling butuh dengan sesama ikhwah lainnya.
Akhirnya, ikhwah fillah terimalah taujih Rabbani ini :
وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْأَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولًا (37) كُلُّ ذَلِكَ كَانَ سَيِّئُهُ عِنْدَ رَبِّكَ مَكْرُوهًا (38)
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekalikali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung. Semua itu kejahatannya amat dibenci di sisi Tuhanmu (Q.S. Aِِl-Isra: 37-38). Wallahu A’lam

sumber : dakwatuna.com
[ Read More ]

Posted by ROHIS SMAN 3 Depok - - 0 komentar

rohissman3depok.blogspot.com - Dalam pandangan Islam, manusia itu pada dasarnya adalah makhluk suci, dilahirkan dalam keadaan suci, dan bisa kembali lagi pada kesuciannya.
Pandangan tersebut merupakan pandangan yang sangat positif dan optimistik tentang manusia. Allah swt. dalam Al-Quran menyebut manusia sebagai makhluk yang paling baik atau paling sempurna. “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” [Q.S. At-Tin (95): 4]
Islam juga mengakui bahwa manusia adalah makhluk yang diberi kemuliaan. “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri merek rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan.”
Salah satu contoh aplikasi pandangan positif dan optimistik Islam tentang manusia adalah penyebutan hati (qalbu) dengan istilah nurani (nuuraaniyyun). Kata ini berasal dari kata ‘nuur’ yang artinya cahaya. Jadi, nurani berarti memiliki sifat cahaya. Dengan demikian ketika kita menyebut ‘hati nurani’ sesungguhnya terkandung maksud bahwa hati kita itu memiliki kemampuan untuk ‘mencahayai’ atau ‘menerangi’ jalan hidup kita. Karena itulah Rasulullah saw. ketika ditanya seseorang tentang cara membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan buruk, beliau menjawab, “Sal dhamiraka, tanyalah kepada hatimu!”
Atas jawaban Rasulullah tersebut –bahwa hati kita memiliki kemampuan untuk menerangi jalan hidup kita—kaum sufi sering menyebut hati sebagai “ad-diin” (agama). Maksudnya, agama yang ditanam di dalam diri manusia (ad-diin al-majbuulah) dan sangat klop dengan agama yang diturunkan dari langit (al-diin al-munazzalah), yaitu Al-Islam.
Meski begitu, Islam juga memberi catatan tentang kelemahan manusia. “… dan manusia dijadikan bersifat lemah.” [Q.S. An-Nisa’ (4): 28]. Kelemahan manusia di sini adalah kelemahan jiwa. Manusia mudah tergoda untuk berbuat dosa dan mengotori kesucian jiwanya. Kelamahan inilah yang membuat manusia keluar dari kesejatiannya sebagai makhluk yang suci dan mulia.
Dalam kondisi jiwa yang kotor penuh dosa, derajat manusia bisa menjadi lebih rendah dari binatang sekalipun. “… mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi….” [Q.S. Al-A’raf (7): 179].
Terhadap orang-orang yang “terpeleset” dari kesejatiannya, Allah swt. memberi kesempatan dan banyak sekali fasilitas untuk membersihkan diri dari segala kotoran jiwa yang melekat. Mulai dari istighfar –ucapan “astaghfirullah al-azhim, aku mohon ampun kepada Allah Yang Mahatinggi– yang bisa digunakan kapanpun dan bersifat manasuka; fasilitas lima kesempatan dalam sehari melalui shalat wajib; hingga fasilitas pekanan dengan shalat Jum’at. Bagi yang menunaikan shalat Jum’at sesuai tuntunan Rasulullah saw., Allah swt. memberi ampunan dosa dari shalat Jum’at ke shalat Jum’at berikutnya.
Dan yang paling spektakular adalah fasilitas tahunan: Ramadhan! Kata Rasulullah saw., “Man shaama ramadhaana iimaanan wahtisaaban ghufira lahu maa taqaddama min dzambiihi wa maa ta-akhkhara, siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman dan perhitungan, diampuni segala dosanya di masa lalu dan di masa yang akan datang.” (H.R. Ahmad dalam musnadnya, Vol. II, hlm 385. No. 8989. Tambahan “wa maa ta-akhkhara” oleh sejumlah pakar hadits dinilai lemah riwayatnya, tapi kalimat selain itu disepakati berderajat shahih).
Begitulah Ramadhan. Sesuai dengan arti namanya “pembakar”, Ramadhan membakar semua dosa-dosa seseorang muslim sehingga ia kembali ke jatidirinya sebagai insan yang suci seperti ketika dilahirkan (fitrah).
Segala fasilitas ampunan yang Allah swt. berikan kepada manusia yang berdosa untuk kembali kepada fitrahnya adalah alasan bagi seorang dai untuk tidak ada alasan untuk tidak berdakwah kepada orang yang pembangkangannya kepada Allah swt. sekelas Fir’aun sekalipun. “Pergilah kamu berdua (Musa dan Harun) kepada Fir’aun karena dia benar-benar telah melampaui batas; maka bicaralah kamu berdua kepadanya (Fir’aun) dengan kata-kata yang lembah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” [Q.S. Thaha (20): 42-43].
Begitulah Allah swt. Kata Rasulullah saw., “Allah mengembangkan tanganNya pada waktu malam untuk memberi tobat kepada orang yang melakukan keburukan di waktu siang, dan mengembangkan tanganNya di waktu siang untuk memberi tobat kepada orang yang melakukan dosa di waktu malam. Hal itu terus berlangsung hingga matahari terbit dari barat (kiamat).” (H.R. Bukhari)
“Allah lebih senang mendapati hambaNya yang bertobat melebihi dari kegembiraan seseorang dari kalian yang kembali menemukan hewan kendaraannya yang penuh bekal makanan setelah ia kehilangannya di padang pasir,” tambah Rasulullah saw. (H.R. Bukhari).
Jadi, tidak ada dalam kamus seorang dai kalimat “sudah tinggalin saja, dia sih sudah gak bisa dibenerin lagi!” Sebab, seorang dai selalu memakai kacamata positif dalam memandang manusia. Siapa pun dia selama sebutannya masih manusia dan belum masuk kubur, adalah makhluk suci, dilahirkan dalam keadaan suci, dan bisa kembali lagi pada kesuciannya.
[ Read More ]

Posted by ROHIS SMAN 3 Depok - - 0 komentar

Tauhid adalah tujuan diciptakannya alam semesta. Para rasul diutus untuk mendakwahkannya. Demikian pula al-Qur’an memberikan perhatian yang sangat besar dalam masalah tauhid di sebagian besar surat-surat yang terdapat di dalamnya. Allah telah menerangkan bahaya lawannya yaitu syirik bagi pribadi dan masyarakat. Karena syirik merupakan sebab kehancuran di dunia dan kekal di dalam neraka.

Sesungguhnya seluruh rasul memulai dakwah mereka dengan tauhid. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Kami mengutus seorang rasul sebelum dirimu kecuali Kami wahyukan kepadanya; tidak ada sesembahan yang benar kecuali Aku, maka sembahlah Aku saja.” (QS. al-Anbiya’ : 25). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tinggal di Mekah selama 13 tahun dan mendakwahi kaumnya supaya bertauhid. Beliau pun mendidik para pengikutnya -meskipun yang masih belia- untuk mentauhidkan-Nya. Sebagaimana ketika beliau berpesan kepada keponakannya Ibnu Abbas, “Apabila kamu meminta maka mintalah kepada Allah. Dan apabila kamu meminta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi). Tauhid inilah yang menjadi intisari dan hakikat ajaran agama Islam, yang tidak akan diterima amal apapun tanpanya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada para sahabatnya untuk memulai dakwah mereka dengan tauhid. Beliau bersabda kepada Mu’adz ketika mengutusnya ke Yaman, “Jadikanlah dakwah yang pertama kali kamu serukan adalah syahadat la ilaha illallah, dalam sebuah riwayat dikatakan supaya mereka mentauhidkan Allah.” (Muttafaq ‘alaih).

Tauhid tercermin dalam dua kalimat syahadat. La ilaha illallah berarti tidak boleh beribadah kecuali kepada Allah. Dan Muhammad Rasulullah berarti tidak boleh beribadah kepada Allah kecuali dengan ajaran Rasulullah. Inilah pintu masuk ke dalam agama Islam. Dan ia merupakan kunci surga. Seorang yang mengucapkan dan meyakininya serta tidak melakukan pembatalnya maka dia pasti akan masuk ke dalam surga.

Orang-orang kafir Quraisy telah menawarkan kepada Rasulullah iming-iming kekuasaan, harta dan perempuan serta kesenangan dunia yang lainnya agar beliau mau meninggalkan dakwahnya. Namun beliau sama sekali tidak mau menerima tawaran mereka. Beliau tetap tegar menjalankan dakwah bersama para sahabatnya hingga harus merasakan berbagai macam gangguan dan tekanan, sampai akhirnya Allah berkenan mengaruniakan kemenangan dakwah tauhid sesudah perjalanan waktu 13 tahun. Dan sesudah itu kota Mekah pun kembali ditaklukkan, berhala-berhala pun dihancurkan seraya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat (yang artinya), “Telah datang kebenaran dan lenyaplah kebatilan. Sesungguhnya kebatilan itu pasti akan sirna.” (QS. al-Israa’ : 81).

Tauhid merupakan tugas dan tanggung jawab setiap individu muslim selama hayat di kandung badan. Dia mengawali hidupnya dengan tauhid, dan meninggalkan alam dunia ini juga harus dengan tauhid. Demikian pula kewajibannya seumur hidup adalah menegakkan nilai-nilai tauhid, mendakwahkannya. Dan hanya tauhidlah yang bisa menyatukan kaum muslimin.

Keutamaan Tauhid dan buah-buahnya
Rujukan : Minhaj al-Firqah an-Najiyah hal. 35

Tauhid akan membebaskan manusia dari peribadahan kepada selain Allah. Karena segala sesuatu selain Allah tidak menciptakan ataupun menguasai kemanfaatan dan kemudharatan. Sehingga ia tidak layak untuk diibadahi. Maka dengan tauhid seorang manusia akan hanya tunduk beribadah kepada Rabb yang menciptakan dirinya. Dengan tauhid pula akalnya akan terbebas dari belenggu khurafat dan pemikiran-pemikiran sesat serta tekanan para penjajah dan thaghut yang lalim sebagaimana Fir’aun dan dukun-dukun yang tidak rela kekuasaannya direbut dari hati manusia dengan seruan la ilaha illallah. Karena mereka mengetahui kandungan maknanya yang menuntut seorang mukmin hanya tunduk dan bersujud meletakkan dahinya di atas tanah hanya kepada Rabbnya dan mencampakkan thaghut-thaghut tersebut dari singgasana-singgasana palsu mereka

Tauhid akan membentuk kepribadian yang unggul dan diperhitungkan. Karena dengan tauhid maka seorang manusia hanya memiliki satu sesembahan yang menjadi tujuan ibadah dan ketundukannya, baik ketika bersendirian ataupun bersama keramaian. Dia akan senantiasa berdoa kepada Allah di waktu lapang ataupun di waktu sempit. Berbeda dengan kondisi hati kaum musyrikin yang tercerai-berai demi mengabdi kepada sesembahan-sesembahan mereka. Hati mereka berserakan sebagaimana sesembahan mereka beraneka ragam. Oleh sebab itu Nabi Yusuf ‘alaihis salam mengingatkan kaumnya ketika berdakwah kepada dua orang di antara mereka yang sama-sama mendekam di dalam penjara, “Hai dua sahabatku di dalam penjara. Apakah sesembahan-sesembahan yang bermacam-macam itu yang lebih baik ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.” Dengan demikian seorang mukmin akan bisa merasakan ketenangan dan keteguhan karena hanya mengabdi kepada satu sesembahan yang benar. Adapun orang-orang musyrik, mereka harus menyeret hatinya kesana kemari menuruti kemauan sesembahan mereka yang beraneka ragam.

Tauhid merupakan sumber keamanan bagi umat manusia. Karena orang yang bertauhid hanya akan merasa takut kepada siksaan Allah, sehingga dia tidak akan merasa takut kepada selain Allah. Dia tidak dicekam oleh rasa takut gara-gara masalah rezeki, keselamatan jiwa, ataupun sanak familinya. Adapun seorang muwahhid hanya menyimpan rasa takut kepada Allah. Sehingga dialah orang yang bisa merasa aman ketika orang lain dicekam oleh ketakutan. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanan mereka dengan kezaliman (syirik) maka mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan keamanan dan mereka itulah orang-orang yang diberikan petunjuk.” (QS. al-An’am : 82).

Tauhid merupakan sumber kekuatan diri. Karena dengan tauhid akan melahirkan kekuatan pada diri manusia yang muncul karena rasa harapnya kepada Allah, tawakal kepada-Nya, ridha dengan takdir-Nya dan sabar dalam menghadapi musibah yang menimpanya, serta tidak bergantung kepada makhluk-Nya. Maka seorang muwahhid memiliki hati yang kokoh laksana gunung. Kalau musibah menimpa dirinya maka dia meminta kepada Allah untuk menyingkapkan darinya. Sehingga tidaklah ia meminta kepada orang-orang yang sudah mati. Sehingga yang menjadi syi’arnya adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika kamu meminta maka mintalah kepada Allah. Dan jika kamu meminta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi). Dan juga firman-Nya (yang artinya), “Dan apabila Allah menimpakan bahaya kepada dirimu maka tidak ada yang dapat menyingkapkannya kecuali Dia.” (QS. al-An’am : 17).

Tauhid merupakan asas persaudaraan yang hakiki dan persamaan. Karena ajaran tauhid tidak mengizinkan bagi siapapun untuk mengangkat sebagian makhluk untuk menjadi sesembahan tandingan selain-Nya. Maka uluhiyah adalah hak Allah semata dan sudah menjadi kewajiban bagi seluruh manusia untuk tunduk beribadah hanya kepada-Nya. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah teladan dan panutan bagi segenap umat manusia dalam menjalankan kewajiban yang agung ini.


Rohis SMAN 3 DEPOK

Divisi Kominfo

[ Read More ]

Posted by ROHIS SMAN 3 Depok - - 0 komentar


Wahai saudariku muslimah………

1) Berhati-hatilah dari terlalu banyak berceloteh dan terlalu banyak berbicara, Allah Ta’ala berfirman:

” لا خير في كثير من نجواهم إلا من أمر بصدقة أو معروف أو إصلاح بين الناس ” (النساء: الآية 114).

Artinya:

“Dan tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia “. (An nisa:114)

Dan ketahuilah wahai saudariku,semoga Allah ta’ala merahmatimu dan menunjukimu kepada jalan kebaikan, bahwa disana ada yang senantiasa mengamati dan mencatat perkataanmu.

“عن اليمين وعن الشمال قعيد. ما يلفظ من قولٍ إلا لديه رقيب عتيد ” (ق: الآية 17-18)

Artinya:

“Seorang duduk disebelah kanan,dan yang lain duduk disebelah kiri.tiada satu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (Qaaf:17-18).

Maka jadikanlah ucapanmu itu menjadi perkataan yang ringkas, jelas yang tidak bertele-tele yang dengannya akan memperpanjang pembicaraan.

1) Bacalah Al qur’an karim dan bersemangatlah untuk menjadikan itu sebagai wirid keseharianmu, dan senantiasalah berusaha untuk menghafalkannya sesuai kesanggupanmu agar engkau bisa mendapatkan pahala yang besar dihari kiamat nanti.

عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما- عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ” يقال لصاحب القرآن: اقرأ وارتق ورتّل كما كنت ترتّل في الدنيا فإن منزلتك عند آخر آية تقرؤها رواه أبو داود والترمذي

Dari abdullah bin ‘umar radiyallohu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam, beliau bersabda:

dikatakan pada orang yang senang membaca alqur’an: bacalah dengan tartil sebagaimana engkau dulu sewaktu di dunia membacanya dengan tartil, karena sesungguhnya kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca.

HR.abu daud dan attirmidzi

2) Tidaklah terpuji jika engkau selalu menyampaikan setiap apa yang engkau dengarkan, karena kebiasaan ini akan menjatuhkan dirimu kedalam kedustaan.

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ” كفى بالمرء كذباً أن يتحدّث بكل ما سمع “

Dari Abu hurairah radiallahu ‘anhu,sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Cukuplah seseorang itu dikatakan sebagai pendusta ketika dia menyampaikan setiap apa yang dia dengarkan.”

(HR.Muslim dan Abu Dawud)

3) jauhilah dari sikap menyombongkan diri (berhias diri) dengan sesuatu yang tidak ada pada dirimu, dengan tujuan membanggakan diri dihadapan manusia.

عن عائشة – رضي الله عنها- أن امرأة قالت: يا رسول الله، أقول إن زوجي أعطاني ما لم يعطني؟ قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ” المتشبّع بما لم يُعط كلابس ثوبي زور “.

Dari aisyah radiyallohu ‘anha, ada seorang wanita yang mengatakan:wahai Rasulullah, aku mengatakan bahwa suamiku memberikan sesuatu kepadaku yang sebenarnya tidak diberikannya.berkata Rasulullah Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam,: orang yang merasa memiliki sesuatu yang ia tidak diberi, seperti orang yang memakai dua pakaian kedustaan.” (muttafaq alaihi)

4) Sesungguhnya dzikrullah memberikan pengaruh yang kuat didalam kehidupan ruh seorang muslim, kejiwaannya, jasmaninya dan kehidupan masyarakatnya. maka bersemangatlah wahai saudariku muslimah untuk senantiasa berdzikir kepada Allah ta’ala, disetiap waktu dan keadaanmu. Allah ta’ala memuji hamba-hambanya yang mukhlis dalam firman-Nya:

” الذين يذكرون الله قياماً وقعوداً وعلى جنوبهم… ” (آل عمران: الآية 191).

Artinya:

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring…” (Ali imran:191).

5) Jika engkau hendak berbicara,maka jauhilah sifat merasa kagum dengan diri sendiri, sok fasih dan terlalu memaksakan diri dalam bertutur kata, sebab ini merupakan sifat yang sangat dibenci Rasulullah Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam, dimana Beliau bersabda:

” وإن أبغضكم إليّ وأبعدكم مني مجلساً يوم القيامة الثرثارون والمتشدقون والمتفيهقون “.

“sesungguhnya orang yang paling aku benci diantara kalian dan yang paling jauh majelisnya dariku pada hari kiamat : orang yang berlebihan dalam berbicara, sok fasih dengan ucapannya dan merasa ta’ajjub terhadap ucapannya.”

(HR.Tirmidzi,Ibnu Hibban dan yang lainnya dari hadits Abu Tsa’labah Al-Khusyani radhiallahu anhu)

6) Jauhilah dari terlalu banyak tertawa,terlalu banyak berbicara dan berceloteh.jadikanlah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam, sebagai teladan bagimu, dimana beliau lebih banyak diam dan banyak berfikir beliau Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam, menjauhkan diri dari terlalu banyak tertawa dan menyibukkan diri dengannya.bahkan jadikanlah setiap apa yang engkau ucapkan itu adalah perkataan yang mengandung kebaikan, dan jika tidak, maka diam itu lebih utama bagimu. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam, bersabda:

” من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فليقل خيراً أو ليصمت “.

” Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,maka hendaknya dia berkata dengan perkataan yang baik,atau hendaknya dia diam.”

(muttafaq alaihi dari hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu)

8) jangan kalian memotong pembicaraan seseorang yang sedang berbicara atau membantahnya, atau meremehkan ucapannya. Bahkan jadilah pendengar yang baik dan itu lebih beradab bagimu, dan ketika harus membantahnya, maka jadikanlah bantahanmu dengan cara yang paling baik sebagai syi’ar kepribadianmu.

9) berhati-hatilah dari suka mengolok-olok terhadap cara berbicara orang lain, seperti orang yang terbata-bata dalam berbicara atau seseorang yang kesulitan berbicara.Alah Ta’ala berfirman:

” يا أيها الذين آمنوا لا يسخر قوم من قوم عسى أن يكونوا خيراً منهم ولا نساء من نساء عسى أن يكن خيراً منهن ” (الحجرات: الآية 11).

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.”

(QS.Al-Hujurat:11)

10) jika engkau mendengarkan bacaan Alqur’an, maka berhentilah dari berbicara, apapun yang engkau bicarakan, karena itu merupakan adab terhadap kalamullah dan juga sesuai dengan perintah-Nya, didalam firman-Nya:

: ” وإذا قرىء القرآن فاستمعوا له وأنصتوا لعلكم ترحمون ” (الأعراف: الآية 204).

Artinya: “dan apabila dibacakan Alqur’an,maka dengarkanlah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kalian diberi rahmat”. Qs.al a’raf :204

11) bertakwalah kepada Allah wahai saudariku muslimah,bersihkanlah majelismu dari ghibah dan namimah (adu domba) sebagaimana yang Allah ‘azza wajalla perintahkan kepadamu untuk menjauhinya. bersemangatlah engkau untuk menjadikan didalam majelismu itu adalah perkataan-perkataan yang baik,dalam rangka menasehati,dan petunjuk kepada kebaikan. perkataan itu adalah sebuah perkara yang besar, berapa banyak dari perkataan seseorang yang dapat menyebabkan kemarahan dari Allah ‘azza wajalla dan menjatuhkan pelakunya kedalam jurang neraka. Didalam hadits Mu’adz radhiallahu anhu tatkala Beliau bertanya kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam: apakah kami akan disiksa dengan apa yang kami ucapkan? Maka jawab Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

” ثكلتك أمك يا معاذ. وهل يكبّ الناس في النار على وجوههم إلا حصائدُ ألسنتهم ” ( رواه الترمذي).

“engkau telah keliru wahai Mu’adz, tidaklah manusia dilemparkan ke Neraka diatas wajah-wajah mereka melainkan disebabkan oleh ucapan-ucapan mereka.”

(HR.Tirmidzi,An-Nasaai dan Ibnu Majah)

12- berhati-hatilah -semoga Allah menjagamu- dari menghadiri majelis yang buruk dan berbaur dengan para pelakunya, dan bersegeralah-semoga Allah menjagamu- menuju majelis yang penuh dengan keutamaan, kebaikan dan keberuntungan.

13- jika engkau duduk sendiri dalam suatu majelis, atau bersama dengan sebagian saudarimu, maka senantiasalah untuk berdzikir mengingat Allah ‘azza wajalla dalam setiap keadaanmu sehingga engkau kembali dalam keadaan mendapatkan kebaikan dan mendapatkan pahala. Allah ‘azza wajalla berfirman:

” الذين يذكرون الله قياماً وقعوداً وعلى جنوبهم “. (آل عمران: الآية 191)

Artinya: “(yaitu) orang – orang yang mengingat Allah sambil berdiri,atau duduk,atau dalam keadaan berbaring” (QS..ali ‘imran :191)

14- jika engkau hendak berdiri keluar dari majelis, maka ingatlah untuk selalu mengucapkan:

” سبحانك الله وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك “.

“maha suci Engkau ya Allah dan bagimu segala pujian,aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak untuk disembah kecuali Engkau, aku memohon ampun kepada-Mu, dan aku bertaubat kepada-Mu”

Sehingga diampuni bagimu segala kesalahanmu di dalam majelis tersebut.

Ditulis oleh: Haya Bintu Mubarak Al-Buraik

Dari kitab: mausu’ah al-mar’ah al-muslimah: 31-34

Alih bahasa : Ummu Aiman

Sumber: http://www.salafybpp.com/index.php?option=com_content&view=article&id=68:adab-adab-berbicara-bagi-wanita-muslimah&catid=28:muslimah&Itemid=54

[ Read More ]

Posted by ROHIS SMAN 3 Depok - - 0 komentar


Manusia yang patuh dengan peraturan-peraturan Allah akan merasakan ketenangan, ketenteraman dan kebahagiaan. Dan semuanya itu berpangkal pada jiwa manusia. Rasa terlindungi, dan terjaga membawa jiwa manusia kepada ketenangan, apalagi yang menjaga adalah dzat pencipta semesta alam.
Ibadah-ibadah yang dituntunkan akan menumbuhkan ketenteraman. Dan sudah menjadi pengalaman yang rutin, setiap kali kegundahan dan kegelisahan datang menyerang jiwa, maka dapat terobati dengan cara beribadah sesuai yang dituntunkan oleh-Nya lewat Rasulullah Muhammad SAW. sehingga membuat manusia semakin yakin akan kelemahan dirinya dan semakin yakin akan kasih sayang Allah kepadanya.
Ketika kepatuhan dan ketundukan dijalani dengan tekun maka berujung pada rasa bahagia. Kesuulitan dalam menahan diri dari segala kesenangan hawa nafsu yang terlarang dalam aturan-aturan Allah, akan membuahkan rasa senang dan bahagia yang tersakan dihati dengan nyata. Luka-luka di jiwa akibat perbuatan nista terobati dengan nikmat-nikmat jiwa setelah memperbanyak amal-amal kebaikan sesuai dengan tuntunan agama Islam.
Jaminan Allah telah Allah khabarkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, barangsiapa yang akhir kalamnya ketika sakaratul maut adalah kata-kata iman kapada Allah, la ilaha ilallah maka jaminan baginya surga, kehidupan bahagia setelah mati. Suatu kepasrahan dan penyaksian jiwa kepada kebesaran Allah Tuhan sang pemilik dan pencipta semesta Alam.
c. Ujian-ujian dunia yang menggelincirkan
Allah sudah mewanti-wanti pada umat manusia akan bahaya berbagai macam ujian dan godaan bagi umat manusia yang hidup di dunia. Dan sekaligus Allah telah menunjuki jalan-jalan kebahagiaan yang dapat dipelihara oleh tiap-tiap manusia
Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami sedikitpun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, merekalah itu yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam surga). (QS. 34:37)
Manusia banyak yang telah terbelenggu dengan kehidupan materialis disebabkan karena amat cintanya kepada kehidupan dunia dan harta benda. Zaman semakin modern semakin pula pola hidup materialis menjadi pola hidup manusia modern. Namun Allah memberi jalan keluar dari kubangan pola hidup materialis itu dengan jalan keluar yang membahagiakan umat manusia
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu); dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS. 64:15)
Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah; dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 64:16)
Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan (pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun. (QS. 64:17)
Seandainya umat manusia masih saja berpegang teguh pada prinsip-prinsip Islam yang sempurna, maka keindahan zaman modern bukan menjadi sebab malapetaka. Namun disebabkan manusia telah mengabaikan ilmu-ilmu Al-Qur’an dan As-Sunnah, maka manusia telah terseret kedalam arus kehidupan materialis yang berujung pada kesengsaraan dunia dan akherat. Manusia terjangkiti dengan kekacauan jiwa, sehingga semakin marak kejadian-kejadian pertikaian, dan perseteruan dan bahkan peperangan.
Mari kita gunakan seluruh potensi diri kita masing-masing untuk kita pinjamkan kepada Allah, untuk menegakkan kebenaran dari Allah dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga arus deras kehidupan materialis tidak akan lagi mempengaruhi kita. Bahkan dengan materi kita yang bertumpuk-tumpuk dapat kita kita tukarkan dengan keselamatan, ketenangan dan ketenteraman serta kebahagiaan di dunia dan di akherat. Semua milik Allah, dan semua kembali kepada Allah, keridhoan Allah-lah yang membawa kita selamat di sisiNya. Wallahu a’lam.
[ Read More ]

Posted by ROHIS SMAN 3 Depok - - 0 komentar


Makkah—juga disebut Bakkah—tempat di mana umat Islam melaksanakan haji itu terbukti sebagai tempat yang pertama diciptakan. Telah menjadi kenyataan ilmiah bahwa bola bumi ini pada mulanya tenggelam di dalam air (samudera yang sangat luas).

Kemudian gunung api di dasar samudera ini meletus dengan keras dan mengirimkan lava dan magma dalam jumlah besar yang membentuk ‘bukit’. Dan bukit ini adalah tempat Allah memerintahkan untuk menjadikannya lantai dari Ka’bah (kiblat). Batu basal Makkah dibuktikan oleh suatu studi ilmiah sebagai batu paling purba di bumi.

Jika demikian, ini berarti bahwa Allah terus-menerus memperluas dataran dari tempat ini. Jadi, ini adalah tempat yang paling tua di dunia.

Adakah hadits yang nabawi yang menunjukkan fakta yang mengejutkan ini? Jawaban adalah ya.
Nabi bersabda, ‘Ka’bah itu adalah sesistim tanah di atas air, dari tempat itu bumi ini diperluas.’ Dan ini didukung oleh fakta tersebut.

Menjadi tempat yang pertama diciptakan itu menambah sisi spiritual tempat tersebut. Juga, yang mengatakan nabi yang tempat di dalam dahulu kala dari waktu menyelam di dalam air dan siapa yang mengatakan kepada dia bahwa Ka’bah adalah pemenang pertama yang untuk dibangun atas potongan dari ini tempat seperti yang didukung oleh studi dari basalt mengayun-ayun di Makkah?

Makkah Pusat Bumi

Prof. Hussain Kamel menemukan suatu fakta mengejutkan bahwa Makkah adalah pusat bumi. Pada mulanya ia meneliti suatu cara untuk menentukan arah kiblat di kota-kota besar di dunia.

Untuk tujuan ini, ia menarik garis-garis pada peta, dan sesudah itu ia mengamati dengan seksama posisi ketujuh benua terhadap Makkah dan jarak masing-masing. Ia memulai untuk menggambar garis-garis sejajar hanya untuk memudahkan proyeksi garis bujur dan garis lintang.

Setelah dua tahun dari pekerjaan yang sulit dan berat itu, ia terbantu oleh program-program komputer untuk menentukan jarak-jarak yang benar dan variasi-variasi yang berbeda, serta banyak hal lainnya. Ia kagum dengan apa yang ditemukan, bahwa Makkah merupakan pusat bumi.

Ia menyadari kemungkinan menggambar suatu lingkaran dengan Makkah sebagai titik pusatnya, dan garis luar lingkaran itu adalah benua-benuanya. Dan pada waktu yang sama, ia bergerak bersamaan dengan keliling luar benua-benua tersebut. (Majalah al-Arabiyyah, edisi 237, Agustus 1978).

Gambar-gambar Satelit, yang muncul kemudian pada tahun 90-an, menekankan hasil yang sama ketika studi-studi lebih lanjut mengarah kepada topografi lapisan-lapisan bumi dan geografi waktu daratan itu diciptakan.

Telah menjadi teori yang mapan secara ilmiah bahwa lempengan-lempengan bumi terbentuk selama usia geologi yang panjang, bergerak secara teratur di sekitar lempengan Arab. Lempengan-lempengan ini terus menerus memusat ke arah itu seolah-olah menunjuk ke Makkah.

Studi ilmiah ini dilaksanakan untuk tujuan yang berbeda, bukan dimaksud untuk membuktikan bahwa Makkah adalah pusat dari bumi. Bagaimanapun, studi ini diterbitkan di dalam banyak majalah sain di Barat.

Allah berfirman di dalam al-Qur’an al-Karim sebagai berikut:

‘Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya..’ (asy-Syura: 7)

Kata ‘Ummul Qura’ berarti induk bagi kota-kota lain, dan kota-kota di sekelilingnya menunjukkan Makkah adalah pusat bagi kota-kota lain, dan yang lain hanyalah berada di sekelilingnya. Lebih dari itu, kata ummu (ibu) mempunyai arti yang penting di dalam kultur Islam.

Sebagaimana seorang ibu adalah sumber dari keturunan, maka Makkah juga merupakan sumber dari semua negeri lain, sebagaimana dijelaskan pada awal kajian ini. Selain itu, kata ‘ibu’ memberi Makkah keunggulan di atas semua kota lain.

Makkah atau Greenwich

Berdasarkan pertimbangan yang seksama bahwa Makkah berada tengah-tengah bumi sebagaimana yang dikuatkan oleh studi-studi dan gambar-gambar geologi yang dihasilkan satelit, maka benar-benar diyakini bahwa Kota Suci Makkah, bukan Greenwich, yang seharusnya dijadikan rujukan waktu dunia. Hal ini akan mengakhiri kontroversi lama yang dimulai empat dekade yang lalu.

Ada banyak argumentasi ilmiah untuk membuktikan bahwa Makkah merupakan wilayah nol bujur sangkar yang melalui kota suci tersebut, dan ia tidak melewati Greenwich di Inggris. GMT dipaksakan pada dunia ketika mayoritas negeri di dunia berada di bawah jajahan Inggris. Jika waktu Makkah yang diterapkan, maka mudah bagi setiap orang untuk mengetahui waktu shalat.

Makkah adalah Pusat dari lapisan-lapisan langit

Ada beberapa ayat dan hadits nabawi yang menyiratkan fakta ini. Allah berfirman, ‘Hai golongan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.’ (ar-Rahman:33)

Kata aqthar adalah bentuk jamak dari kata ‘qutr’ yang berarti diameter, dan ia mengacu pada langit dan bumi yang mempunyai banyak diameter.

Dari ayat ini dan dari beberapa hadits dapat dipahami bahwa diameter lapisan-lapisan langit itu di atas diameter bumi (tujuh lempengan bumi). Jika Makkah berada di tengah-tengah bumi, maka itu berarti bahwa Makkah juga berada di tengah-tengah lapisan-lapisan langit.

Selain itu ada hadits yang mengatakan bahwa Masjidil Haram di Makkah, tempat Ka‘bah berada itu ada di tengah-tengah tujuh lapisan langit dan tujuh bumi (maksudnya tujuh lapisan pembentuk bumi)
Nabi bersabda, ‘Wahai orang-orang Makkah, wahai orang-orang Quraisy, sesungguhnya kalian berada di bawah pertengahan langit.’

Thawaf di Sekitar Makkah

Dalam Islam, ketika seseorang thawaf di sekitar Ka’bah, maka ia memulai dari Hajar Aswad, dan gerakannya harus berlawanan dengan arah jarum jam. Hal itu adalah penting mengingat segala sesuatu di alam semesta dari atom hingga galaksi itu bergerak berlawanan dengan arah jarum jam.

Elektron-elektron di dalam atom mengelilingi nukleus secara berlawanan dengan jarum jam. Di dalam tubuh, sitoplasma mengelilingi nukleus suatu sel berlawanan dengan arah jarum jam. Molekul-molekul protein-protein terbentuk dari kiri ke kanan berlawanan dengan arah jarum jam. Darah memulai gerakannya dari kiri ke kanan berlawanan dengan arah jarum jam.

Di dalam kandungan para ibu, telur mengelilingi diri sendiri berlawanan dengan arah jarum jam. Sperma ketika mencapai indung telur mengelilingi diri sendiri berlawanan dengan arah jarum jam. Peredaran darah manusia mulai gerakan berlawanan dengan arah jarum jamnya. Perputaran bumi pada porosnya dan di sekeliling matahari secara berlawanan dengan arah jarum jam.

Perputaran matahari pada porosnya berlawanan dengan arah jarum jam. Matahari dengan semua sistimnya mengelilingi suatu titik tertentu di dalam galaksi berlawanan dengan arah jarum jam. Galaksi juga berputar pada porosnya berlawanan dengan arah jarum jam.

[ Read More ]

Posted by ROHIS SMAN 3 Depok - - 0 komentar


ROHIS SMAN 3 DEPOK. Ass-shaff yang bermakna barisan adalah salah satu surat dalam al-quran yang patut menjadi bahan renungan bagi para da’i. surat ni merupakan ma’alim fii at-thoriqq (petunjuk jalan bagi aktivitas dakwah. Walaupun surat ini pendek tetapi mencangkup semua yang dibutuhkan para da’I dari aqidah, akhlak, ukhuwah, obyek dakwah, sampai pada puncak ajaran islam yaitu Jihad dijalan Allah. Sehingga para kader wajib menghafalnya, mentadaburinya secar berulang-ulang dan mengamalkannya dalam aktivitas dakwah mereka.

Nama surat biasanya menjadi tema sentral dari substansi surat tersebut, demikian juga surat as-shaff. As-shaff adalah sesuatu yang sangat penting dan sangat menentukan keberhasilan dalam dakwah, jihad dan pergerakan islam. Bahkan kesatuan shaff adalah persyaratan mutlak bagi kemenangan pergerakan dan dakwah islam. Tanpa adanya kesatuan shaff, maka akan menimbulkan dampak langsung bagi kekalahan dan kegagalan dakwah dan perjuangan. Kisah perang uhud merupakan salah satu bukti dari kekalahan perang disebabkan shaff yang berantakan, padahal sebelumnya sydah berada diambang kemenangan.

Namun demikian kesatuan shaff merupakan proses panjan dari realisasi aktivis dakwah terhadap nlai-nilai islam. Kekuatan dan kekokohan shaff apalagi digambarkan al-quran terkait sebagai kal-bunyaan al-marsuus (seperti bangunan yang kokoh) sangat terkait dengan nilai yang paling fundamental dari aktivis harakoh yaitu aqidah, ukhuwah dan fikrah islam. Tanpa ada kekuatan aqidah, ukhuwah dan pemahaman yang mendalam terhadap fikrah islam, maka mustahil kesatuan dan kekokohan shaff yang digambarkan al-quran dapat tercapai. Maka marilah kita merenungi apakah shaff dakwah kita sudah kokoh? Apakah shaff partai kita sudah bersatu dan kuat kal-bunyaan al-marsuus??

Perjalanan dakwah masih panjang dan ujian dakwah sudah menghadang ditengan kita. Terkadang para da’I berhasil menghadapi ujian kesulitan dan penderitaan, tetapi tdak berhasil megalami ujian kemudahan dan kelezatan dunia, baik harta, wanita maupun jawaban. Dan demikianlah yang pernah diungkapkan oleh generasi terdahulu kita : “ubtuliina bid-dhorraa fashabarna ubtuliina bis-sharraa falam nasbir” yang artinya: “kami iuji dengan kesulitan, maka kami bersabar, kami diuji dengan kemudahan tapi kami tidak bersabar”. Oleh karenanya, hanya aktivis dakwah yang ikhlaslah yang dapat berhasil keluar dari ujian dan fitnah dalam ukhwah tersebut.

Surat ash-shaff memberkan ma’alim fii at-thariqq bagi para da’I agar tidak menyimpang dalam dakwahnya dan agar tetap teguh dalam shaff yang rapid an kokoh walaupun ujian, fitnah dan cobaan dalam dakwah datang menghadangnya. Dan marilah kita merenungi satu persatu ayat dalam surat tersebut.

TASBIH KEPADA ALLAH ( AT-TASBIIH LILLAH) :

1. Beratasbih kepada allah apa saja yang ada di langit dan apa saja yang ada dibumi, dan dalah yang maha perkasa lagi maha bijaksana.

Seluruh mahluk Allah yang ada dilangit dan bumi mmelanturkan tasbih kepada Allah SWT. Yang maha perkasa lagi maha bijaksana. Mereka bertasbih dengan bahasanya masing-masing. Maka manusia sebagai mahluk ciptaan allah yang paling semprna lebih layak untuk bertasbih. Dan para da’I yang senantiasa mengajak manusia agar beribadah dan menyembah allah lebih layak lagi untuk bertasbih, mensucikan dan mengagungkan nama Allah SWT. Subhanallah, walhamdullillah, walaa ilaha illallahu allahu akbar. Kehidupan para da’I adalah kehidupan tasbih, dzikir, dan doa. Kehidupan aktivis dakwah adalah kehidupan shalat, tilawah Al-Quran dan menyembah Allah SWT.

Kejujuran Dalam Berkata (shidqul Kalam)

2. Hai orang-orang yang berman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kam perbuat?

3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan.

Allah SWT, menegur keras orang beriman dan aktivis dakwah yang mengatakan apa yang tidak diperbuat, bahkan Allah SWT sangat membencinya. Karena kativitas yang dominan dilakukan para da’I adalah dakwah yang banyak menggunakan ucapan. Karena ucapan yang tidak sesuai dengan perbuatan dan kenyatan adalah dusta yang merupakan sifat munafik. Sehingga kejujuran adalah modal utama berikutnya bagi para da’i.

Dan kejujuran harus dilakukan para da’I dalam dakwahnya. Jujur dalam menyampaikan risalah islam, jujur dalam bersikap dan juur dalam berkata-kata. Salah satu ajaran islam yang terpenting adalah jihad dan berperang melawan musuh Allah. Tetapi kita menyaksikan banyak para penceramah yang sudah dikenal oleh orang banyak dengan sebutan Ustadz atau kyai dan sebutan lainnya tidak jujur dalam menyampaikan islam.

Sumber : Buletin BISMILLAH (Buletin Islam Smanti Muslim dan Muslimah)

ROHIS SMAN 3 DEPOK

Divisi KOMINFO

[ Read More ]